REDUPLIKASI
Reduplikasi
atau pengulangan bentuk suatu bahasa dalam dalam bahasa Indonesia merupakan
mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi
dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi,
masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut
masalah fonologi , masalah sintaksis, dan masalah semantik.
a.
Reduplikasi Fonologis
Redulikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar,
atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang
diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna
gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal.
Yang termasuk
reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti :
1)
Kuku,
dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut ‘bukan’ berasal dari ku,
da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bentuk
kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2)
Mondar-mandir,
lontang-lantung. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk
dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan
makna gramatikal. ( Abdul Chaer, 2008: 179)
b.
Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah
dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang
statusnya lebih tinggi dari pada sebuah kata.(Abdul Chaer, 2008: 179).
sedangkan (Krisdalaksana, 1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’
bukan ‘kata ulang’. Contoh: - suaminya benar benar jantan
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis yang memiliki ikatan yang cukup
longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan
contoh berikut :
-
Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘
menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap
sejumlah kata ganti orang (pronominal persona) seperti : - yang tidak datang
ternyata dia dia juga.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar
yang menyatakan waktu. Contoh: - dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau
akan datang.
c.
Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantik adalah pengulangan ‘makna” yang sama dari dua
buah kata yang bersinonim. Misalnya : ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik
cendekian. Karena ketiga kata tersebut memiliki makna yang sama. Termasuk
ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda belia, tua
renta, gelap glita dan kering mersik.
Namun,
bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa simasukkan dalam
kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). (Abdul Chaer,
2008:180)
d.
Reduplikasi Mofologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa
akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat
berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian.
(Abdul Chaer, 2008: 181)
e.
Reduplikasi Dasar Nomina
Secara morflogis nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-,
bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks
per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an dan
berupa gabungan kata. (Abdul Chaer, 2008:191)
Dasar nomina bila
direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan:
1)
‘banyak’
kalau memiliki komponen makna ( + terhitung ). Misalnya: - peraturan-peraturan
daerah itu harus ditinjau lagi.
2)
‘banyak
dan bermacam-macam’ apabila memiliki komponen makna ( + berjenis ). Misalnya: -
dulu di daerah pasar minggu banyak buah-buahan.
3)
‘banyak
dengan satuan ukuran tertentu’ apabila memiliki komponen makna ( + ukuran )
atau ( + takaran ). Misalnya: - kami sudah berhari-hari belum makan.
4)
‘menyerupai
atau seperti’ apabila memiliki komponen makna ( + bentuk tertentu ) atau ( +
sifat tertentu ). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan
pemberia sufiks –an. Misalnya: - adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan.
Selain itu, ada sejumlah bentuk reduplikasi nomina bermakna
‘menyerupai’ atau
‘seperti’ dalam bentuk utuh. Hanya datanya tidak banyak. Atara
lain:
o
Sebelum
dipukul dia sudah memasang kuda-kuda.
o
Tupai-tupai
tiang bendera itu sudah tidak ada.
5)
‘saat
atau waktu’ apabila memiliki komponen makna ( + saat ). Dalam hal ini
perulangan itu dilakukan dengan perulangan utuh. Misalnya: - malam-malam begini
kamu kenapa datang ke sini ?
f.
Reduplikasi Dasar Verba
Secara morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks ber-,
berkonfiks ber-an, berprefiks me- inflektif dan derivative, berprefiks di-
derivatif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berkonfiks me-kan
inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan, berkonfiks me-I
inflektif, berklofiks di-I inflektif, berklofiks ter-I inflektif, berprefiks
ter- inflektif, berklofiks di-I inflektif, berklofiks ter-I inflektif,
berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an. Namun,
tidak semua bentuk verba itu dapat direduplikasikan. Tampaknya dapat tidaknya
reduplikasi itu tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang
menjadi bentuk dasar itu. (Abdul Chaer, 2008:194)
Makna
gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba
ini, antara lain adalah menyatakan:
-
‘kejadian
(tindakan) berulang kali’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( +
tindakan ) dan ( - durasi ). Contoh: - dari tadi beliau marah-marah
terus.
-
‘kejadian
berintensitas’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan )dan ( -
durasi ). Contoh: - mereka berlari-lari dihalaman sekolah.
-
‘kejadian
berbalasan’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) atau ( -
durasi ) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif. Contoh: - sikut-menyikut
sesame mereka sudah biasa.
Catatan : verba seperti berpelukan dan bersalaman
yang sudah memiliki makna gramatikal ‘saling me-‘ lazim juga direduplikasikan
menjadi berpeluk-pelukan dan bersalam-salaman dengan makna
gramatikal yang sama.
-
‘dilakukan
tanpa tujuan (dasar)’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan )
dan ( + durasi ). Contoh: - jangan tidur-tiduran di dalam masjid.
-
‘hal
tindakan’ atau ‘hal me…’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan
) dan ( + durasi ) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me- regresif.
Contoh: - contek-mencontek sudah membudaya di kalangan pelajar.
-
‘begitu
(dasar)’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + saat
). Contoh: - saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada si depanku.
g.
Reduplikasi Dasar Adjektifa
Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa
akar seperti merah dan tinggi; dapat berupa kata turunan ke-an seperti
kemerahan dan kehijauan; dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan
kuning telur. Namun, yang lazim direduplikasikan adalah yang berbentuk akar.
(Abdul Chaer, 2008: 196)
Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain
makna gramatikal. Namun, perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasisangat
tergantung pada konteks kalimatnya. Jadi,ada kemungkinan bentuk reduplikasi
yang sama akan memiliki makna gramatikal yang berbeda kalau konteksnya berbeda.
-
‘banyak
yang (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( +
ukuran ). Contoh: - ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu.
-
‘se
(dasar) mungkin’ jka bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan
( + ukuran ). Contoh: - bukalah jendela itu lebar-lebar.
Disini tampak makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’ didapat bila
digunakan dalam kalimat imperatif.
-
‘hanya yang (dasar )’ jika bentuk dasar
memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Contoh: - ambil yang baik-baik,
tinggalkan yang buruk-buruk.
-
‘sedikit
bersifat (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan (
+ warna ). Contoh: - dari jauh air laut nampak kebiru-biruan.
-
‘meskipun
(dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan
( + sikap ). Contoh: - kecil-kecil berani dia melawan preman
itu.
-
‘sama
(dasar) dengan’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( +
ukuran ). Contoh: - truk sebesar-besar gajah merusak jalan lingkungan di daerah
kami.
-
‘intensitas’
jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ).
Contoh: - kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepele ini.
h.
Reduplikasi Dasar Kelas Tertutup
Kata-kata yang termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang
keanggotaannya sukar bertambah atau berkurang, dan jumlah keanggotaannya
relative terbatas. Yang termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang termasuk
dalam kelas adverbial, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus dan
interjeksi. Kata-kata yang termasuk kelas tertutup ini pun ada yang mengalami
proses reduplikasi. Namun, makna-makna dari proses tersebut sukar dikaidahi.
Oleh karena itu jumlahnya terbatas. (Abdul Chaer, 2008: 199)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar