Senin, 23 Januari 2017

Reduplikasi



REDUPLIKASI

Reduplikasi atau pengulangan bentuk suatu bahasa dalam dalam bahasa Indonesia merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi , masalah sintaksis, dan masalah semantik.
a.     Reduplikasi Fonologis
Redulikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal.
Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti :
1)     Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut ‘bukan’ berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bentuk kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2)     Mondar-mandir, lontang-lantung. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. ( Abdul Chaer, 2008: 179)
b.     Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi dari pada sebuah kata.(Abdul Chaer, 2008: 179). sedangkan (Krisdalaksana, 1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’ bukan ‘kata ulang’. Contoh: - suaminya benar benar jantan

Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis yang memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut :
-        Jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘ menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronominal persona) seperti : - yang tidak datang ternyata dia dia juga.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh: - dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang.
c.      Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantik adalah pengulangan ‘makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya : ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendekian. Karena ketiga kata tersebut memiliki makna yang sama. Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda belia, tua renta, gelap glita dan kering mersik.
Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa simasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). (Abdul Chaer, 2008:180)

d.     Reduplikasi Mofologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian. (Abdul Chaer, 2008: 181)

e.     Reduplikasi Dasar Nomina
Secara morflogis nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentuk berkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an dan berupa gabungan kata. (Abdul Chaer, 2008:191)
 Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan:
1)     ‘banyak’ kalau memiliki komponen makna ( + terhitung ). Misalnya: - peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi.
2)     ‘banyak dan bermacam-macam’ apabila memiliki komponen makna ( + berjenis ). Misalnya: - dulu di daerah pasar minggu banyak buah-buahan.
3)     ‘banyak dengan satuan ukuran tertentu’ apabila memiliki komponen makna ( + ukuran ) atau ( + takaran ). Misalnya: - kami sudah berhari-hari belum makan.
4)       ‘menyerupai atau seperti’ apabila memiliki komponen makna ( + bentuk tertentu ) atau ( + sifat tertentu ). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberia sufiks –an. Misalnya: - adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan.
Selain itu, ada sejumlah bentuk reduplikasi nomina bermakna ‘menyerupai’ atau
‘seperti’ dalam bentuk utuh. Hanya datanya tidak banyak. Atara lain:
o   Sebelum dipukul dia sudah memasang kuda-kuda.
o   Tupai-tupai tiang bendera itu sudah tidak ada.
5)     ‘saat atau waktu’ apabila memiliki komponen makna ( + saat ). Dalam hal ini perulangan itu dilakukan dengan perulangan utuh. Misalnya: - malam-malam begini kamu kenapa datang ke sini ?

f.      Reduplikasi Dasar Verba
Secara morfologis verba dapat berbentuk akar, berprefiks ber-, berkonfiks ber-an, berprefiks me- inflektif dan derivative, berprefiks di- derivatif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan, berkonfiks me-I inflektif, berklofiks di-I inflektif, berklofiks ter-I inflektif, berprefiks ter- inflektif, berklofiks di-I inflektif, berklofiks ter-I inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an. Namun, tidak semua bentuk verba itu dapat direduplikasikan. Tampaknya dapat tidaknya reduplikasi itu tergantung pada komponen makna yang dimiliki oleh kata yang menjadi bentuk dasar itu. (Abdul Chaer, 2008:194)
Makna gramatikal yang dapat dihasilkan dalam proses reduplikasi terhadap dasar verba ini, antara lain adalah menyatakan:
-        ‘kejadian (tindakan) berulang kali’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( - durasi ). Contoh: - dari tadi beliau marah-marah terus.
-        ‘kejadian berintensitas’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan )dan ( - durasi ). Contoh: - mereka berlari-lari dihalaman sekolah.
-        ‘kejadian berbalasan’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) atau ( - durasi ) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif. Contoh: - sikut-menyikut sesame mereka sudah biasa.
Catatan : verba seperti berpelukan dan bersalaman yang sudah memiliki makna gramatikal ‘saling me-‘ lazim juga direduplikasikan menjadi berpeluk-pelukan dan bersalam-salaman dengan makna gramatikal yang sama.
-        ‘dilakukan tanpa tujuan (dasar)’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ). Contoh: - jangan tidur-tiduran di dalam masjid.  
-        ‘hal tindakan’ atau ‘hal me…’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + durasi ) serta dalam bentuk reduplikasi berprefiks me- regresif. Contoh: - contek-mencontek sudah membudaya di kalangan pelajar.
-        ‘begitu (dasar)’ apabila dasar itu memiliki komponen makna ( + tindakan ) dan ( + saat ). Contoh: - saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada si depanku.

g.     Reduplikasi Dasar Adjektifa
Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi; dapat berupa kata turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan; dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan kuning telur. Namun, yang lazim direduplikasikan adalah yang berbentuk akar. (Abdul Chaer, 2008: 196)
Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain makna gramatikal. Namun, perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasisangat tergantung pada konteks kalimatnya. Jadi,ada kemungkinan bentuk reduplikasi yang sama akan memiliki makna gramatikal yang berbeda kalau konteksnya berbeda.
-        ‘banyak yang (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Contoh: - ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu.
-        ‘se (dasar) mungkin’ jka bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan
( + ukuran ). Contoh: - bukalah jendela itu lebar-lebar.
Disini tampak makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’ didapat bila digunakan dalam kalimat imperatif.
-         ‘hanya yang (dasar )’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Contoh: - ambil yang baik-baik, tinggalkan yang buruk-buruk.
-        ‘sedikit bersifat (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + warna ). Contoh: - dari jauh air laut nampak kebiru-biruan.
-        ‘meskipun (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan
( + sikap ). Contoh: - kecil-kecil berani dia melawan preman itu.
-        ‘sama (dasar) dengan’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Contoh: - truk sebesar-besar gajah merusak jalan lingkungan di daerah kami.
-        ‘intensitas’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna ( + keadaan ) dan ( + ukuran ). Contoh: - kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepele ini.

h.     Reduplikasi Dasar Kelas Tertutup
Kata-kata yang termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang keanggotaannya sukar bertambah atau berkurang, dan jumlah keanggotaannya relative terbatas. Yang termasuk kelas tertutup adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas adverbial, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus dan interjeksi. Kata-kata yang termasuk kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi. Namun, makna-makna dari proses tersebut sukar dikaidahi. Oleh karena itu jumlahnya terbatas. (Abdul Chaer, 2008: 199)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar